Ranum jingga sinarmu membasuh selaksa jiwa,
Menebar benih-benih 'harap' di pelataran hati nan lara.
Rapuhnya hati tertopang sedikit asa,
Semerbak mewangi melengkapi ruang-ruang kosong dalam sukma.
Biasmu dalam keruhnya hati mengapungkan dahaga,
Meluluhlantakkan sekat-sekat kokoh yang memenjarakan rasa,
Membumi hanguskan semak-semak yang tumbuh liar dalam dada.
'Terima kasih' telah kau titipkan rasa yang berbeda,
Rasa yang menggetarkan jiwa,
Rasa yang membekukan raga,
Rasa yang membuat lidahku terbata-bata,
Rasa yang membuat otakku sibuk mengkiaskan makna kata perkata.
'Terima kasih' kulayangkan tak terhingga,
Membahana, memenuhi seluruh alam raya, mengitari tata surya, menembus gugusan bintang 'Tsurayya', menggema di seluruh mayapada.
'Terima kasih' itu kuhaturkan tanpa untaian kata, tanpa tarian pena, tanpa goresan-goresan halus berirama.
'Terima kasih' itu kutitipkan pada DIA,
DIA Yang Maha Segalanya,
DIA yang tak se-perseribu detik-pun luput mengawasi hamba-Nya,
dengan harapan yang sederhana, sangat sederhana...
Akhirnya... dan untuk ke-sekian kalinya...
'Terima kasih' kulantunkan dalam suasana hati yang bermuram durja, meredup senja, meratap nestapa.
Tak kuharap kau tahu semuanya di dunia,
Karena kutakut kan menghalangimu merengkuh bahagia.
Duh, Tuhan-ku Yang Maha Segalanya...
Mantapkan hatiku mengemban lara, kuatkan jiwaku merengkuh asa, kokohkan sukmaku menapaki terjalnya tebing rindu yang kurasa.
Duh, Tuhan-ku Yang Maha Segalanya...
Kutitip ia untuk Kau jaga,
Kabari ia perasaanku bila nanti sudah di alam sana,
Kunantikan ia di 'Pengadilan Cinta' yang sesungguhnya.
_______________________________________________
Bebuak, 26/03/2013 | 11:15 am.
Hujan Rintik-rintik