Misi semua nabi dan rasul yang diutus ke muka bumi, mulai dari Adam
hingga Rasulullah Muhammad SAW tidak pernah berubah. Meskipun syari’ah yang
diajarkannya selalu berganti dari satu nabi ke nabi lainnya, tapi misi yang
diemban oleh semua nabi dan rasul itu tetap sama yaitu mengajarkan, menyebarkan,
memperjuangkan, dan memurnikan kalimat tauhid, la ilaha illallah.
Kalimat tauhid itu menjadi ruh yang mewarnai dan menafasi segala sisi
kehidupan yang kemudian melahirkan sistem hidup. Oleh karenanya, al-Quran
sangat serius dan intens mengokohkan kalimat tauhid ini agar menghujam dan
mengakar secara kuat dalam jiwa orang-orang yang beriman melalui berbagai cara.
Salah satunya adalah dengan menjelaskan tanda-tanda kebesaran Allah yang nampak
dalam fenomena alam.
"Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi; silih bergantinya malam dan
siang; bahtera yang berlayar di laut membawa yang berguna bagi manusia; apa
yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
bumi sesudah mati (kering)nya; dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan;
dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh
terdapat tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan." (QS. Al-Baqarah: 163-164)
Cara lain yang sering digunakan al-Quran adalah dengan mengingatkan
manusia tentang berbagai nikmat yang dikaruniakan Allah kepada manusia.
"Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai
buah-buahan menjadi rizki bagimu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu
supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan
(pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya),
dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu
(keperluanmu) dari segala yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya
manusia itu, sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (QS. Ibrahim: 32-34)
Tak cukup dengan kedua cara itu, al-Quran juga tak lupa mengingatkan
tentang berbagai peristiwa yang bakal terjadi di hari kiamat, tentang hari
berbangkit, padang mahsyar, dan hisab amalan baik dan buruk. “Inilah dua golongan (golongan mukmin
dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai tuhan
mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api
neraka, disiramkan air yang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu
dihancur-luluhkan segala yang ada dalam perut mereka juga kulit (mereka). Dan
untuk mereka cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak keluar dari
neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya.
(Kepada mereka dikatakan): Rasakanlah adzab yang membakar ini.” (QS.
Al-Hajj: 19-22)
Dalam rangka menghujamkan kalimat la ilaha illallah ke dalam jiwa,
al-Quran juga menggunakan pendekatan persuasif dengan mengenalkan nama-nama
Allah yang baik (Al-Asma-ul Husna).
“Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia Yang
Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang. Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia,
Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Maha Mengaruniai Kemanan, Yang
Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala
Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang
Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk rupa, Yang Mempunyai nama-nama
yang baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr : 22-24)
Al-Quran juga tidak lupa mengingatkan manusia agar senantiasa waspada
terhadap musuh utamanya, Syetan. Ia adalah musuh manusia yang paling nyata.
“Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat : ‘Sujudlah
kalian semua kepada Adam’, lalu mereka sujud kecuali Iblis. Dia berkata: ‘Apakah
aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?’ Dia (Iblis)
berkata: ‘Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas
diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat,
niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil saja’. (QS. Al-Israa: 61-62)
Sudahkah kita menda’wahkan kalimat tauhid la ilaha illallah tersebut
secara intensif kepada ummat, seperti intensifnya al-Qur’an dalam
membahasakannya?.
Abdurahman Muhammad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar