"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada
hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di
dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang
sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang
beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan
yang baik, mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya."
( Al Kahfi: 1-3)
( Al Kahfi: 1-3)
DR. Yusuf Al-Qardhawi |
Salawat serta salam bagi Nabi yang mu'jizatnya Al Qur'an, imamnya Al
Qur'an, akhlaqnya Al Qur'an, dan penghias dadanya, cahaya hatinya juga
penghilang kesedihannya adalah Al Qur'an: Nabi Muhammad bin Abdullah, dan
keluarganya serta para sahabatnya, yang beriman dengannya, mendukung dan
membantunya, serta mengikuti cahaya yang diturunkan kepadaanya, mereka adalah
orang-orang yang beruntung, dan seluruh orang yang mengikuti mereka dengan baik
hingga hari kiamat.
Amma ba'du:
Rabb kita telah memberikan kemuliaan kepada kita --sebagai kaum
Muslimin-- dengan menganugerahkan kitab suci yang terbaik yang diturunkan
kepada manusia. Rabb kita juga, telah memuliakan kita dengan mengutus nabi yang
terbaik yang pernah diutus kepada manusia. Sesuai firman Allah SWT:
"Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di
dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada
memahaminya?" (Al Anbiyaa: 10).
Kitalah, kaum muslimin, satu-satunya umat yang memeliki manuskrip langit
yang paling autentik, yang mengandung firman-firman Allah SWT yang terakhir,
yang diberikan untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia. Dan anugerah itu terus
terpelihara dari perubahan dan pemalsuan kata maupun makna. Karena Allah SWT.
telah menjamin untuk memeliharanya, dan tidak dibebankan tugas itu kepada
siapapun dari sekalian makhluk-Nya:
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya." (Al Hijr:
9).
Al Qur'an adalah kitab Ilahi seratus persen: "(Inilah) suatu kitab
yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang
diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu." (Huud: 1)
"Dan sesungguhnya Al Qur'an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak
datang kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya,
yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." ( Fush-shilat: 41-42)
Tidak ada di dunia ini, suatu kitab, baik itu kitab agama atau kitab
biasa, yang terjaga dari perubahan dan pemalsuan, kecuali Al Qur'an. Tidak ada
seorangpun yang dapat menambah atau mengurangi satu hurup-pun darinya.
Ayat-ayatnya dibaca, didengarkan, dihapal dan dijelaskan, sebagaimana
bentuknya saat diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad Saw, dengan
perantaraan ruh yang terpercaya (Jibril).
Al Quran berisikan seratus empat belas surah. Seluruhnya dimulai dengan
basmalah (bismillahirrahmanirrahim). Kecuali satu surah saja, yaitu surah at
Taubah. Ia tidak dimulai dengan basmalah. Dan tidak ada seorang pun yang berani
untuk menambahkan basmalah ini pada surah at Taubah, baik dengan tulisan atau
bacaan. Karena, dalam masalah Al Qur'an ini, tidak ada tempat bagi akal untuk
campur tangan.
Perhatian kaum muslimin terhadap Al Quran sedemikian besarnya, hingga
mereka juga menghitung ayat-ayatnya --bahkan kata-katanya, dan malah
hurup-hurupnya--. Maka bagaimana mungkin seseorang dapat menambah atau
mengurangi suatu kitab yang dihitung kata-kata dan hurup-hurupnya itu?!
Tidak ada di dunia ini suatu kitab yang dihapal oleh ribuan dan puluhan
ribu orang, di dalam hati mereka, kecuali Al Qur'an ini, yang telah dimudahkan
oleh Allah SWT untuk diingat dan dihapal. Maka tidak aneh jika kita menemukan
banyak orang, baik itu lelaki maupun perempuan, yang menghapal Al Qur'an dalam
mereka. Ia juga dihapal oleh anak-anak kecil kaum Muslimin, dan mereka tidak
melewati satu hurup-pun dari Al Qur'an itu. Demikian juga dilakukan oleh banyak
orang non Arab, namun mereka tidak melewati satu hurup-pun dari Al Qur'an itu.
Dan salah seorang dari mereka, jika Anda tanya: "siapa namamu?"
--dengan bahasa Arab-- niscaya ia tidak akan menjawab! (Karena tidak paham
bahasa Arab!, penj.). Ia menghapal Kitab Suci Rabbnya semata untuk beribadah
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, meskipun ia tidak memahami apa yang ia
baca dan ia hapal, karena ia tertulis dengan bukan bahasanya.
Al Qur'an tidak semata dijaga makna-makna, kalimat-kalimat serta
lafazh-lafazhnya saja, namun juga cara membaca dan makhraj hurup-hurupnya.
Seperti kata mana yang harus madd (panjang), mana yang harus ghunnah (dengung),
izhhar (jelas), idgham (digabungkan), ikhfa (disamarkan) dan iqlab (dibalik).
Atau seperti yang digarap oleh suatu ilmu khusus yang dikenal dengan "ilmu
tajwid Al Qur'an".
Hingga rasam (metode penulisan) Al Qur'an, masih tetap tertulis dan
tercetak hingga saat ini, seperti tertulis pada era khalifah Utsman bin Affan
r.a., meskipun metode dan kaidah penulisan telah berkembang jauh. Hingga saat
ini, tidak ada suatu pemerintah muslim atau suatu organisasi ilmiah pun, yang
berani merubah metode penulisan Al Qur'an itu, dan menerapkan kaidah-kaidah
penulisan yang berlaku bagi seluruh buku, media cetak, koran dan lainnya yang
ditulis dan dicetak, bagi Al Qur'an.
Allah SWT menurunkan Al Qur'an untuk memberikan kepada manusia tujuan
yang paling mulia, dan jalan yang paling lurus.
"Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih lurus." (Al Israa: 9)
"Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab
yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." ( Al Maaidah: 15-16)
Al Qur'an adalah "cahaya" yang dianugerahkan Allah SWT kepada
hamba-hamba-Nya, di samping cahaya fithrah dan akal:
"Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis)." (An Nuur: 35). Dan Al Qur'an mendeskripsikan
dirinya sendiri sebagai cahaya, dalam banyak ayat.
Seperti dalam firman Allah SWT:
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran
dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu'jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu
cahaya yang terang benderang (Al Qur'an)." (An
Nisaa: 174)
"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya
(Al Qur'an) yang telah Kami turunkan." (At
Taghaabun: 8).
Dan berfirman kepada para sahabat Rasulullah Saw dengan firman-Nya:
"Dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al
Qur'an)." (Al A'raaf: 157)
Di antara karakteristik cahaya adalah: Dirinya sendiri telah jelas,
kemudian ia memperjelas yang lain. Ia membuka hal-hal yang samar, menjelaskan
hakikat-hakikat, membongkar kebatilan-kebatilan, menolak syubhat (kesamaran),
menunjukkan jalan bagi orang-orang yang sedang kebingungan saat mereka gamang
dalam menapaki jalan atau tidak memiliki petunjuk jalan, serta menambah jelas
dan menambah petunjuk bagi orang yang telah mendapatkan petunjuk. Dan jika Al Qur'an
mendeskripsikan dirinya sebagai "cahaya", dan dia adalah "cahaya
yang istimewa", ia juga mendeskripsikan Taurat dengan kata yang lain:
"Di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi)."
Seperti dalam firman Allah SWT:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi)". (Al
Maaidah: 44)
Demikian juga mendeskripsikan Injil seperti itu, seperti dalam firman
Allah SWT tentang Nabi 'Isa:
"Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya
(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi) ." (Al
Maidah: 46)
Perbedaan dalam dua pengungkapan itu menunjukkan perbedaan antara Al
Qur'an dengan kitab-kitab suci lainnya. Seperti diungkapkan oleh Al Bushiry
dalam Lamiah-nya:
"Maha Besar Allah, sesungguhnya agama Muhammad Dan kitab sucinya
adalah kitab suci yang paling lurus dan paling teguh Jangan sebut kitab-kitab
suci lainnya di depannya Karena, saat mentari pagi telah bersinar, ia akan
memadamkan pelita-pelita".
Hal itu karena Al Qur'an ini datang untuk membenarkan kitab-kitab suci
yang telah turun sebelumnya. Yaitu yang berkaitan dengan pokok-pokok aqidah dan
akhlak, sebelum kitab-kitab itu dipalsukan dan diubah tangan manusia. Al Qur'an
juga mengungguli kitab-kitab suci sebelumnya, yaitu dengan mengoreksi dan
meluruskan tambahan-tambahan dan perubahan-perubahan yang telah disisipkan oleh
manusia dalam kitab-kitab itu. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu." (Al Maaidah: 48)
Al Qur'an --sebagaimana ia diturunkan oleh Allah SWT-- mempunyai
keunggulan-keunggulan yang membuatnya istimewa dibanding kitab suci lainnya. Ia
adalah kitab Ilahi, kitab suci yang menjadi mukjizat, kitab yang memberikan
penjelasan dan dimudahkan untuk dipahami, kitab suci yang dijamin pemeliharaan
keautentikannya, kitab suci bagi agama seluruhnya, kitab bagi seluruh zaman,
dan kitab suci bagi seluruh manusia.
Al Qur'an juga mempunyai maksud dan tujuan yang dibidiknya, di
antaranya: meluruskan kepercayaan-kepercayaan dan pola pandang manusia tentang
Tuhan, kenabian, dan balasan atas amal perbuatan, serta meluruskan pola
pandangan tentang manusia, kemuliaannya dan menjaga hak-haknya, terutama bagi
kalangan yang lemah dan tidak berpunya.
Ia juga bertujuan untuk menghubungkan manusia dengan Rabbnya, agar
manusia hanya menyembah-Nya semata dan bertaqwa kepada-Nya dalam seluruh
urusannya.
Al Qur'an juga bertujuan untuk membersihakan jiwa manusia, yang jika
jiwa itu telah bersih niscaya bersih dan baiklah seluruh masyarakat. Dan jika
jiwa itu rusak, niscaya rusaklah masyarakat seluruhnya.
Ia juga berusaha membentuk keluarga yang kemudian menjadi pangkal
kedirian suatu masyarakat. Juga mengajarkan sikap adil terhadap kalangan
perempuan, yang merupakan pokok utama dalam bangunan keluarga.
Al Qur'an juga membangun umat yang saleh, yang dianugerahkan amanah
untuk menjadi saksi bagi manusia, yang diciptakan untuk memberikan manfaat bagi
manusia dan memberikan petunjuk bagi mereka.
Setelah itu, mengajak untuk menciptakan dunia manusia yang saling kenal
mengenal dan tidak saling mengisolasi diri, saling memberi maaf dan tidak
saling membenci secara fanatik, serta untuk bekerja sama dalam kebaikan dan
ketaqwaan, bukan dalam kejahatan dan permusuhan.
Kita berkewajiban untuk memperlakukan Al Qur'an ini secara baik: dengan
menghapal dan mengingatnya, membaca dan mendengarkannya, serta mentadabburi dan
merenungkannya.
Kita juga berkewajiban untuk berlaku baik terhadapnya dengan memahami
dan menafsirkannya. Tidak ada yang lebih baik dari usaha kita untuk mengetahui
kehendak Allah SWT terhadap kita. Dan Allah SWT menurunkan kitab-Nya agar kita
mentadabburinya, memahami rahasia-rahasianya, serta mengeksplorasi
mutiara-mutiara terpendamnya. Dan setiap orang berusaha sesuai dengan kadar
kemampuannya.
Namun yang disayangkan, dalam bidang ini telah terjadi kerancuan yang
berbahaya, yaitu dalam memahami dan menafsirkan Al Qur'an. Oleh karena itu
harus dibuat rambu-rambu dan petunjuk yang mampu menjaga dari kekeliruan dalam
usaha ini, serta perlu diberikan peringatan tentang ranjau-ranjau yang
menghadang di jalan, yang dapat berakibat patal jika dilanggar.
Tidak selayaknya umat Al Qur'an mengalami hal yang sama yang pernah
terjadi dengan umat Taurat, yang diungkapkan oleh Al Qur'an dalam firman-Nya:
"Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian
mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang
tebal." (Al Jumu'ah: 5).
Kita juga harus berlaku baik terhadap Al Qur'an dengan mengikuti
petunjuknya, mengerjakan ajarannya, menghukum dengan syari'atnya serta mengajak
manusia mengikuti petunjuknya. Ia adalah manhaj bagi kehidupan individu,
undang-undang bagi aturan politik, serta petunjuk dalam berdakwah kepada Allah
SWT.
Inilah yang berusaha dilakukan buku ini dalam empat bab utamanya, dengan
bertumpu --terutama-- pada Al Qur'an itu sendiri, karena ia adalah objek kita,
namun ia juga petunjuk itu.
Umat kita pada abad-abad pertama --yang merupakan abad-abad yang paling
utama-- telah berinteraksi dengan baik terhadap Al Qur'an. Mereka berlaku baik
dalam memahaminya, mengetahui tujuan-tujuannya, berlaku baik dalam
mengimplementasikannya secara massive dalam kehidupan mereka, dalam
bidang-bidang kehidupan yang beragam, serta berlaku baik pula dalam
mendakwahkannya. Contoh terbaik hal itu adalah para sahabat. Kehidupan mereka
telah diubah oleh Al Quran dengan amat drastis dan revolusioner. Al Qur'an
telah merubah mereka dari perilaku-perilaku jahiliyah menuju kesucian Islam,
dan mengeluarkan mereka dari kegelapan ke dalam cahaya. Kemudian mereka diikuti
oleh murid-murid mereka dengan baik, untuk selanjutnya murid-murid generasi
berikutnya mengikuti murid-murid para sahabat itu dengan baik pula. Melalui
mereka itulah Allah SWT memberikan petunjuk kepada manusia, membebaskan
negeri-negeri, memberikan kedudukan bagi mereka di atas bumi, sehingga mereka
kemudian mendirikan negara yang adil dan baik, serta peradaban ilmu dan iman.
Kemudian datang generasi-generasi berikutnya, yang menjadikan Al Qur'an
terlupakan, mereka menghapal hurup-hurupnya, namun tidak memperhatikan
ajaran-ajarannya. Mereka tidak mampu berinteraksi secara benar dengannya, tidak
memprioritaskan apa yang menjadi prioritas Al Qur'an, tidak menganggap besar
apa yang dinilai besar oleh Al Qur'an serta tidak menganggap kecil apa yang
dinilai kecil oleh Al Qur'an. Di antara merek ada yang beriman dengan
sebagiannya, namun kafir dengan sebagiannya lagi, seperti yang dilakukan oleh
Bani Israel sebelum mereka terhadap kitab suci mereka. Mereka tidak mampu
berinteraksi secara baik dengan Al Qur'an, seperti yang dikehendaki oleh Allah
SWT. Meskipun mereka mengambil berkah dengan membawanya serta menghias
dinding-dinding rumah mereka dengan ayat-ayat Al Qur'an, namun mereka lupa
bahwa keberkahan itu terdapat dalam mengikut dan menjalankan hukum-hukumnya.
Seperti difirmankan oleh Allah SWT:
"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati,
maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al An'aam: 155)
Tidak ada jalan untuk membangkitkan umat dari kelemahan, ketertinggalan
dan keterpecah-belahan mereka selain dari kembali kepada Al Qur'an ini. Dengan
menjadikannya sebagai panutan dan imam yang diikuti. Dan cukuplah Al Qur'an
sebagai petunjuk:
"Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?." (An Nisaa: 122)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar