Sebagaian orang menunggu kedatangan malam itu
dengan berlama-lama di masjid sambil membaca Al-Quran. Ada yang menunggunya
dihadapan rumah agar dapat melihat turunnya malaikat pada malam Qadar, dan tidak
kurang juga yg menyambutnya dengan sinaran-sinaran lampu-lampu minyak agar
kawasan mereka diterangi. Mereka begitu yakin dengan beberapa tanda-tanda yang
banyak diceritakan dalam berbagai cerita sejarah.
Tafsir Surat
Al-Qadar
Satu surat yang begitu signifikan menceritakan
mengenai peristiwa malam tersebut ialah surah Al-Qadar yang berisi 5 ayat. Surat
Al-Qadar adalah surat ke 97 menurut susunannya didalam Mushaf. Ada diantara
ulama-ulama mengatakan bahwa surat Al-Qadar ini turun selepas penghijrahan Nabi
saw ke Madinah.
Didalam membicarakan pentafsiran ayat, amatlah bijak
jika kita mengambil penafsiran yang diambil dari Tafsir Jalalain:
Kesimpulannya bahwa malam Al-Qadar itu secara sejarahnya di turunkan
Al-Quran dari Lauhul Mahfuz kelangit dunia. Kemuliaan malam tersebut telah
dikhabarkan kepada Rasulullah SAW. Bulan itu dikatakan satu bulan dengan barakah
seperti 1000 bulan. Dimalam tersebut para malaikat-malaikat dan Jibril turun ke
bumi dan memohon Allah mengkabulkan doa'-do'a hambanya. Kemuliaan malam tersebut
berakhir dengan terbitnya fajar.
Pentafsiran yang lebih terperinci
sedikit mengenai ayat pertama surah Al-Qadar ini dapat kita lihat dari
Tafsir Ibnu Kathir:
Allah SWT telah mengkhabarkan sesungguhnya
Ia telah menurunkan Al-Quran pada malam Lailatul Qadar. Dimana Allah berfirman,
"Sesungguhnya kami turunkannya di malam yg barakah". Inilah yang kemudian
dikenal sebagai malam Al-Qadar yg berada didalam bulan Ramadan sebagaimana
firmannya, "Pada bulan Ramadan yang diturunkan didalamnya Al-Quran".
Berkata Ibnu Abbas bahwa Allah SWT telah menurunkan Al-Quran
keseluruhannya (secara total) dari Lauhul Mahfuz ke Baitul
'Izzah dari langit dunia kemudian ia diturunkan secara berpisah dan
berperingkat selama 23 tahun keatas Nabi SAW, kemudian firman Allah beliau
memuliakan Lailatul Qadar dimana Allah SWT telah mengizinkan penurunan Al-Quran.
Keistimewaan Lailatul Qadar
Malam Lailatul Qadar adalah malam mulia yang nilainya lebih baik daripada 1.000 bulan (30.000x malam biasa):
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan.
Dan tahukah anda apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” [QS Al Qadar: 1 - 5]
Asbabun Nuzul (Sebab-sebab turunnya ayat Al Qur’an) di atas adalah:
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa
Rasulullah saw. pernah menyebut-nyebut seorang Bani Israil yang berjuang
fisabilillah menggunakan senjatanya selama seribu bulan terus menerus.
Kaum muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut. Maka Allah menurunkan
ayat ini (QS. Al Qadr: 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul
qadr lebih baik daripada perjuangan Bani Israil selama seribu bulan itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Al Wahidi, yang bersumber dari Mujahid)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di
kalangan Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang suka beribadah
malam hari hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya.
Perbuatan itu dilakukannya selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan
ayat ini (QS. Al Qadr : 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul
qadr lebih baik daripada amal seribu bulan yang dilakukan oleh seorang
laki-laki dari Bani Israil tersebut.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid).
Para sahabat kagum dan iri karena lelaki
Bani Israel tersebut selama 1.000 bulan (83 tahun 4 bulan) selalu
beribadah dan berjihad kepada Allah karena sejak lahir dia sudah berada
di atas agama yang lurus. Sedang para sahabat karena ajaran Islam baru
disyiarkan Nabi, banyak yang masuk Islam pada umur 40 tahun atau lebih.
Sehingga sisa waktu mereka hanya 20-30 tahun saja. Tak bisa menandingi
ibadah lelaki dari Bani Israel tersebut.
Karena itulah turun ayat di atas. Jika
ummat islam beribadah pada malam tersebut, niscaya pahalanya sama dengan
pahala 1000 bulan. Karena itu perbanyaklah shalat, dzikir, doa, membaca
Al Qur’an, bersedekah, dan berjihad di jalan Allah pada malam Lailatul
Qadar.
Sheikh Dr. Yusuf
Al-Qaradhawi merujuk kepada surah Al-Qadar didalam membicarakan persoalan
keistimewaan Lailatul Qadar, katanya :
"Allah telah memuliakan Al-Quran
dimalam ini, dan ditambahnya dengan maqam yang mulia, yaitu kedudukan dan
kemuliaannya yang sangat banyak dari kebaikan dan kelebihan dari 1000 bulan.
Apa-apa ketaatan dan ibadah didalamnya menyerupai 1000 bulan yang bukan Lailatul
Qadar. 1000 bulan ini menyamai 83 tahun 4 bulan. Hanya di satu malam ini lebih
baik dari umur seseorang yang menghampiri 100 tahun, jika tambah berapa tahun
beliau baligh dan dipertanggung jawabkan".
Dan pada malam itu turunnya
malaikat-malaikat dengan rahmat Allah dengan kesejahteraan dan barakahnya. Dan
kesejahteraanya melimpah sehingga ke terbit fajar. Didalam As-sunnah, banyak
hadist-hadist yang menyebutkan mengenai keutamaan Lailatul Qadar ini. Yang
banyak dianjurkan untuk mencarinya pada 10 malam terakhir. Dalam Sahih Bukhari
dari Hadis Abu Hurarirah, "Barangsiapa yang berqiam dimalam Al-Qadar dengan
penuh keimanan dan bersungguh-sungguh maka telah diampunkannya apa yang telah
lalu dari dosanya". (Riwayat Bukhari didalam Kitab Al-Saum).
Rasulullah SAW telah memberi penjelasan kepada siapa yang lalai dan
tidak memperhatikan malam tersebut, yaitu sama seperti menghalang diirinya dari
menerima kebaikannya dan ganjarannya. Berkata para sahabat yang telah dinaungi
mereka bulan Ramadan, "Sesungguhnya bulan ini telah hadir kepada kamu didalamnya
mengandung malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Siapa yang memuliakannya maka
beliau akan dimuliakan kebaikan semua perkara. Dan siapa yang tidak
memuliakannya maka kebaikannya akan dihalang". (Riwayat Ibnu Majah dari Hadis
Anas, isnad Hassan sebagaimana didalam Sahih Jaami' Al-Saghir).
Sheikh Ibnu Taimiyyah (Majmu' fatawa - Jilid-25/286) didalam
membicarakan soalan yang mana satu lebih afdal, diantara Malam Isra' Nabi saw
atau Lailatul qadar? Kata: "Sesungguhnya Malam Isra' lebih afdal dan Malam
Al-Qadar lebih afdal bila dinisbahkan kepada umat...". Manakah yang lebih afdal
10 Zulhijjah atau 10 malam terakhir Ramadan?. Kata Ibnu Taimiyyah, "Hari 10
Zulhijjah lebih afdal dari hari 10 dari bulan Ramadan. Dan malam-malam 10 akhir
Ramadan lebih afdal malam 10 Zulhijjah". Jelas menunjukkan bahwa para ulama
menyatakan bahwa malam lailatul Qadar ini sangat istimewa kepada umat Muhammad.
Kapan Malam Lailatul Qadar itu Terjadi?
Malam Lailatul Qadar terjadi pada 1 malam ganjil pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan (malam ke 21, 23, 25, 27, atau 29):
Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan:
Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah
ber’itikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, dan beliau
bersabda, ‘Carilah malam qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam
terakhir dari bulan Ramadhan.” [HR Bukhari dan HR Muslim]
Jika berat mencari pada 10 malam terakhir, coba cari pada 7 malam terakhir:
Dari Ibnu Umar ra bahwa beberapa
shahabat Nabi SAW melihat lailatul qadr dalam mimpi tujuh malam
terakhir, maka barangsiapa mencarinya hendaknya ia mencari pada tujuh
malam terakhir.” Muttafaq Alaihi.
Kenapa mencari malam Lailatul Qadar pada
10 atau 7 hari terakhir (ganjil/genap)? Kenapa tidak 5 hari ganjil yang
terakhir saja? Saat ini banyak kelompok masih berbeda penetapan 1
Ramadhan. Ada yang misalnya tanggal 1 bulan X Masehi. Ada pula yang
tanggal 2. Jadi tidak jelas mana yang ganjil dan yang genap. Lebih aman
kita tetap giat di 10 malam terakhir entah itu ganjil/genap.
Dari Muawiyah Ibnu Abu Sufyan ra bahwa Nabi SAW bersabda tentang lailatul qadar: “Malam dua puluh tujuh.” [Abu Daud]
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Nabi
saw bersabda, “Carilah Lailatul Qadar pada malam sepuluh yang terakhir
dari (bulan) Ramadhan. Lailatul Qadar itu pada sembilan hari yang masih
tersisa, tujuh yang masih tersisa, dan lima yang masih tersisa.” [HR
Bukhari]
Apa Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar?
Dari Ubay ra, ia berkata: Rasulullah SAW
bersabda (yang artinya), “Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari
terbit tanpa sinar menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.” (HR
Muslim 762).
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Kami
menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam beliau bersabda (yang artinya), “Siapa di antara kalian yang
ingat ketika terbit bulan, seperti syiqi jafnah (setengah bejana).” (HR
Muslim 1170)
Dan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), “(Malam) Lailatul Qadar adalah
malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan)
keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan.” (HR
Thayalisi (349), Ibnu Khuzaimah (3/231), Bazzar (1/486), sanadnya
hasan).
dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah SAW:
“Lailatul qadar adalah malam yang
terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak
ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan
bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam
al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)
Bagaimana Cara Mengisi Malam Lailatul Qadar?
Nabi Muhammad ber-i’tikaf (tinggal di masjid) pada 10 malam terakhir:
Aisyah r.a. berkata, “Nabi apabila telah
masuk sepuluh malam (yang akhir dari bulan Ramadhan) beliau mengikat
sarung beliau, menghidupkan malam, dan membangunkan istri beliau.” [HR
Bukhari]
Di masjid beliau shalat wajib dan sunnah, membaca Al Qur’an, berzikir, berdo’a, dan sebagainya.
Nabi biasa melakukan shalat sunnat malam (Tarawih) pada bulan Ramadhan:
Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mendirikan (shalat malam)
Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni
dosanya yang telah lampau.” [Hr Bukhari]
Doa Malam Lailatul Qadar:
Dari ‘Aisyah ra bahwa dia bertanya:
Wahai Rasulullah, bagaimana jika aku tahu suatu malam dari lailatul
qadr, apa yang harus aku baca pada malam tersebut? Beliau bersabda:
“bacalah:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar