Tujuh tampuk kepemimpinan
daerah ini silih berganti. Namun, berbicara
statistik, sampai detik ini daerah NTB kita tercinta ini masih sangat jauh dari
“kemakmuran” kalau kita bandingkan dengan daerah lain. Pesta demokrasi 2013 sebentar
lagi dimulai, sementara hasil pesta-pesta terdahulu masih parkir di kilometer
nol jalan tol buaian-buaian janji muluk masa kampanye. Bayangkan sudah berapa
puluh tahun??? Setara dengan berapa dekade??? Apa-apa saja perubahan besar yang
telah dihasilkan??? Seandainya saja sejak awal daerah ini dipimpin oleh seorang
yang berjiwa Umar, minimal setitik mengadopsi idealisme beliau. Seandainya…
seandainya…
Sudahlah, berhenti
berandai-andai. Mari kita menatap ke depan, kita hanya bisa berharap dan berdo’a.
Namun ikhtiar juga memegang peranan sangat penting dalam masalah ini. Pesta Demokrasi 2013 kita harapkan melahirkan sosok pemimpin yang beridealisme tinggi layaknya
singa Padang pasir Umar Bin Khattab untuk membawa daerah ini sehingga bisa sejajar dengan daerah lain.
Berikut ini,
beberapa cuil konversi Umar bin Khattab dengan pemimpin-pemimpin modern saat
ini yang mungkin bisa kita ambil pelajaran dalam membangun daerah tercinta ini.
Disaat Pemimpin melakukan
korupsi...
Khalifah Umar pernah didatangi
putranya saat dia berada dikantornya kemudian bercerita tentang keluarga dan
masalah yang terjadi di rumah. Seketika itu Umar mematikan lampu ruangan dan si
anak bertanya, sebab apa ayah mematikan lampu sehingga hanya berbicara dalam
ruangan yang gelap, dengan sederhana sang ayah menjawab bahwa lampu yang kita
gunakan ini adalah amanah dari rakyat yang hanya dipergunakan untuk kepentingan
pemerintahan bukan urusan keluarga.
Padahal jika dinalar, minyak yang
dihabiskan untuk menerangi pembicaraan malam itu mungkin hanya beberapa tetes.
Mungkin kisah diatas tak adil apabila dibandingkan dengan jaman sekarang yang
serba butuh dan serba modern. Tapi apa perlu pemimpin teras atas menggunakan
mobil dinas keluaran terbaru saat memangku jabatan jika masih bisa menggunakan
mobil yang biasa saja atau naik angkutan umum.
Apalagi sudah terbukti melakukan perbuatan melawan hukum yang
mengakibatkan kerugian negara, Cq Pemerintah Provinsi NTB sebesar Rp 2,5 miliar
lebih sebagaimana yang terjadi di persidangan ex-gubernur NTB 2009 lalu.
Disaat Pemimpin dzalim...
Seorang Yahudi tua mengadu pada
Umar karena tanahnya akan disita secara paksa untuk dijadikan masjid oleh
Gubernur Amr Bin Ash. Lalu Umar memberikan sepotong tulang kepada Yahudi tua
untuk diberikan kepada Gubernur Amr. Kebingungan, Yahudi tua itu menyerahkan
tulangnya kepada Amr. Anehnya lagi Amr langsung memerintahkan untuk membongkar
masjid yang hampir jadi dengan wajah ketakutan. Ternyata tulang tersebut berisi
peringatan bahwa berapa pun tingginya kekuasaan seseorang, ia akan menjadi
tulang yang busuk. Sedangkah huruf alif yang digores di tulang, itu artinya
kita harus adil baik ke atas maupun ke bawah. Lurus seperti huruf alif dan bila
tidak mampu menegakkan keadilan, khalifah tidak segan-segan memenggal
kepala gubernur.
Terkadang kepentingan golongan berduit
di atas kepentingan rakyat. Contoh kasus disekitar kita, dalam aksi demo 29 Mei 2012
di depan kantor Gubernur NTB 29 Mei 2012 masyarakat pesisir yang tergabung
dalam Aliansi Masyarakat Pesisir Indonesia (AMPI NTB) mempertanyakan dimana
keadilan bagi masyarakat pesisir. Ketua AMPI NTB yang mewakili masyarakat
pesisir menuntut keberpihakan pemerintah dalam penyelesaian disetiap
kasus yang terjadi di masyarakat pesisir. seperti halnya yang telah terjadi di
Dusun Mangsit, Desa Sengigi,
Kecamatan Batu Layar Lombok Barat, yang dimana jalan untuk nelayan pergi
melaut sudah tertutup dengan bangunan hotel berbintang. Lagi-lagi yang diuntungkan hanya beberapa golongan yang berkantong tebal,
siapa lagi kalau bukan golongan bermobil mewah. Keadilan seakan hanya berpihak
pada golongan tertentu.
Disaat Pemimpin memamerkan
kebaikannya...
Salah satu kebisaan dari Umar
yang sangat luar biasa adalah melakukan pengawasan secara langsung kepada
rakyatnya dengan berkeliling kota sendirian. Suatu hari ketika Khalifah sedang
"ronda" mendengar tangisan anak-anak dari sebuah rumah kumuh. Dari
jendela ia mendengar, sang ibu sedang berusaha menenangkan anaknya yang
kelaparan. Si Ibu itu berpura-pura merebus batu untuk menenangkan
anak-anakanya. Sang ibupun bergumam mengenai betapa enaknya hidup khalifah
negeri ini dibanding hidupnya yang serba susah.
Malam itu juga Umar menuju ke
gudang makanan yang ada di kota, dan mengambil sekarung bahan makanan untuk
diberikan kepada keluarga tersebut. Bahkan ia sendiri yang memanggul
karung makanan itu dan tidak mengizinkan seorang pegawainya yang
menemaninya untuk membantunya. Ia sendiri pula yang memasak makanan itu, kemudian
menemani keluarga itu makan, dan bahkan masih sempat pula menghibur sang
anak hingga tertidur sebelum ia pamit untuk pulang. Keluarga itu tidak
pernah tahu bahwa yang datang mempersiapkan makanan buat mereka malam itu
adalah khalifah Umar bin Khattab.
Terdengar tak masuk akal apabila
ada seorang pemimpin sekelas kepala negara terjun langsung ke lapangan tanpa
ada siaran heboh. "Kapan mikir starategisnya jika tiap hari terjun
langsung?". Jangan salah, Umar merupakan salah satu tokoh yang masuk dalam
tokoh berpengaruh di dunia karena kecerdasannya dalam pengaturan strategi
negara.
Di masa kepemimpinan Umar,
Al-Quran dibukukan dalam bentuk mushaf, dibangun balai pengobatan, perkantoran,
pembuatan mata uang dirham, pembuatan kas negara, audit para pejabat dan
pegawai, dan sebagainya. Daerah kekuasaan juga semakin meluas sampai Persia,
Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah,
Kufah dan Kairo. Sebuah tamparan bagi pemimpin masa kini yang cenderung selalu
berpikir strategis
Mungkin kita bukanlah Umar bin
Khattab, namun tak ada salahnya berusaha menjadi pemimpin seperti beliau.
Pemimpin bukanlah sebutan untuk kepala negara saja atau orang yang memiliki
jabatan tinggi saja. Semua orang adalah pemimpin bagi dirinya masing-masing.
Terkadang musuh terbesar yang sulit ditaklukan adalah diri sendiri. Tak ada
salahnya melawan sistem apabila kita yakin benar. Pemimpin bertanggung jawab,
jujur, dan adil dimulai dari diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar